Salah
satu cerita mini yang menang dalam Lomba Menulis Kisah Mini Tingkat
Nasional 2012 yang diadakan oleh FSBP dan bukunya sudah diterbitkan
dengan judul "Nyawa Ibu" terbitan Uma Haju Publishing House
Janet tidak akan pernah
lupa bagaimana dia melewatkan malam yang cantik itu bersama ribuan bintang yang
terus memanggil namanya. Bak artis yang sedang menyapa penggemarnya, Janet
melambai-lambaikan tangan ke langit menyapa kerlipan-kerlipan cahaya yang tak
sabar untuk menemuinya. Namun mereka tak bisa lama, karena mereka masih harus
menemui jutaan bahkan milyaran ciptaan Tuhan lainnya dibelahan bumi yang
berlainan. Meskipun demikian, Janet tetap tersenyum menatapi langit. Senyuman
khas seorang putri tidur. Bukan, bukan seperti putri tidur di dalam dongengan.
Dia Janet, putri tidur yang menyukai bintang. Ah aku tahu, semua orang menyukai
bintang bersinar, begitu juga Janet. Tapi dia tidak sekedar menyukai, baginya
bintang itu segalanya. Kesukaannya, ambisinya, kebahagiaannya, bahkan hidupnya.
Dia selalu ingin menjadi astronot yang dapat menggapai bintang, namun
kemampuannya hanya dapat membawanya menjadi seorang astronom.
"Oh Be A Fine Girl Kiss Me"
“Kau masih
mengingatnya?”
“Tentu aku masih mengingatnya.
Jawaban terakhir yang meluluskan ku dalam mata kuliah astronomi”
“Apa kau masih mampu
menjelaskannya?”
“O, B, A, F, G, K, M.
Berdasarkan spektrumnya, bintang dibagi ke dalam 7 kelas utama yang dinyatakan
dengan huruf-huruf tersebut yang menunjukkan urutan suhu, warna dan komposisi
kimianya.”
“Marvelous. Kau sungguh luar biasa, kau bukan hanya pandai dalam
bidang astronomi, namun kau lah bintangnya”
Janet hanya tersenyum
mendengar pujianku. Seperti sudah biasa mendengarnya, dia tidak terlihat tersanjung
sekalipun.
“Ayah, kau tahu mengapa
aku menyukai bintang?”
“Karena kau ingin menjadi
astronot seperti almarhum ibumu”
“Ya benar. Namun ada
alasan lain mengapa aku menyukai bintang”
“Apa itu?”
“Karena aku seperti
bintang, ayah. Bukan bintang yang nyata, aku bintang yang semu. Bintang yang
tidak menghasilkan cahaya sendiri, tetapi memantulkan cahaya yang diterima dari
bintang lain. Bintang yang hanya bisa bergantung pada cahaya lain, seperti aku
yang selalu bergantung pada darah di rumah sakit ini, semenjak aku terkena
leukimia”
“Nak, bertahanlah. Ayah pasti akan berusaha
mencari cara untuk menyembuhkan mu”
Dia hanya menggelengkan
kepala. Terlihat dari wajahnya yang pucat, dia sudah begitu lelah dengan
obat-obatan dan terapi yang diberikan para dokter.
“Ayah, aku yakin ayah
pasti siap. Jika aku sudah berada diantara bima sakti nanti, aku akan
mengumpulkan bintang yang banyak untuk diberikan kepada ayah. Aku akan menunggu
mu disana”
Matanya terlelap, degup
jantungnya melemah dan nafasnya tersengal-sengal. Raganya tak lagi mampu
menopang rohnya yang segera ingin keluar menuju antariksa. Meskipun pipi sudah
bersimbah air mata, namun aku berusaha untuk siap. Siap untuk melepasnya
terbang menuju galaksi yang selalu menjadi mimpinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar